Sungguh para ulama kita telah memberikan keteladan dalam semangat thalabul ilmi. Disebutkan dalam biografi Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah,

رَأَى رَجُلٌ مَعَ الإِمَامِ أَحْمَدَ مَحْبَرَةً, فَقَالَ لَهُ: يَا أَبَا عَبْدِ اللهِ, أَنْتَ قَدْ بَلَغْتَ هَذَا الْمَبْلَغَ, وَأَنْتَ إِمَامُ الْمُسْلِمِينَ, وَمَعَكَ المَحْبَرَةُ تَحْمِلُهَا فَقَالَ: مَعَ المَحْبَرَةِ إِلَى المَقْبَرَةِ

Seorang laki-laki melihat Imam Ahmad membawa tinta (alat tulis), lalu berkata kepadanya, Wahai Abu Abdillah, engkau telah mencapai kedudukan yang tinggi, dan engkau adalah imam kaum Muslimin, tetapi engkau masih membawa tinta? Imam Ahmad menjawab, Aku akan tetap membawa tinta ini hingga ke kuburan.

أَنَا أَطْلُبُ العِلْمَ إِلَى أَنْ أَدْخُلَ القَبْرَ

Aku akan menuntut ilmu hingga aku masuk ke dalam kubur.

وَجَاءَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْمَاعِيلَ الصَّائِغِ أَنَّهُ قَالَ: “كُنْتُ فِي إِحْدَى سَفَرَاتِي بِبَغْدَادَ, فَمَرَّ بِنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ وَهُوَ يَعْدُو وَنَعْلَاهُ فِي يَدِهِ, فَأَخَذَ أَبِي هَكَذَا بِمَجَامِعِ ثَوْبِهِ, فَقَالَ: يَا أَبَا عَبْدِ اللهِ, أَلَا تَسْتَحْيِي! إِلَى مَتَى تَعْدُو مَعَ هَؤُلَاءِ الصِّبْيَانِ ! فَقَالَ: “إِلَى المَوْتِ”

Diriwayatkan dari Muhammad bin Ismail As-Sha’igh bahwa ia berkata, ‘Suatu ketika dalam salah satu perjalananku di Baghdad, Imam Ahmad bin Hanbal lewat di depan kami sambil berlari dan membawa sandalnya di tangannya. Ayahku memegang pakaiannya dengan cara begini, lalu berkata, ‘Wahai Abu Abdillah, tidakkah engkau merasa malu? Sampai kapan engkau akan berlari bersama anak-anak ini?’ Imam Ahmad menjawab, ‘Sampai mati.'” (Manaaqib Al-Imam Ahmad, Ibnul Jauzi, hal. 37)